-->
  • Jelajahi

    Copyright © POTRET PERTANIAN
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    CELOTEH DARI NEGERI LASKAR PELANGI : Banjir di Bumi Serumpun Sebalai

    Prasetyo Budi
    Rabu, Maret 30, 2016, Rabu, Maret 30, 2016 WIB Last Updated 2016-05-10T10:38:19Z


    masukkan script iklan disini
    Ami Muftafa_Potret Pertanian, Selamat pagi sahabat potret, Semangat Rabu. Kata ibu ku dulu, hari Rabu itu
    hari baik untuk bercocok tanam katanya tanamannya akan tumbuh subur. Entah
    kenapa begitu, padahal menurutku semua hari juga baik karena toh tanam
    tumbuh tidak dipengaruhi kesuburannya oleh hari apa kita menanamnya tapi
    oleh faktor-faktor pendukung seperti olah tanah, pemakaian bibit yang
    bagus, pemupukan dan lain-lain. Tapi ya sudahlah karena Ibu  yang bilang ya
    manut saja..toh tidak ada ruginya juga.


    Sudah bulan Maret tapi curah hujan masih saja tinggi. Memang sih menurut data statistik Tahun 2007 tentang curah hujan di Kepulauan Bangka Belitung bulan basah terjadi selama tujuh bulan berturut-turut mulai Januari sampai Juli. Dengan hari hujan antara 16-27 hari per bulan. Jadi kalau wajar saja
    hujan masih terus turun seperti dua malam tadi. Biasanya sih tidak ada
    masalah. Karena sudah biasa jadi sudah diadaptasi. Cuma masalahnya sekarang
    adalah curah hujan kali ini berbeda dari biasanya. Benar-benar deras hujan
    yang turun, mengakibatkan banjir dimana-mana.

    Memangnya dulu tidak banjir? Pernah sih tapi tidak sesering dan separah
    sekarang. Tahun 1980 pernah terjadi banjir besar di beberapa daerah di
    Pangkalpinang sebagai Ibukota Provinsi dan di beberapa kota Kabupaten
    termasuk Kabupaten Bangka Tengah tempat tinggal ku. Tapi banjir yang
    terjadi kali ini jauh lebih dahsyat dibanding yang dulu. Kenapa? Inilah
    topik yang akhir-akhir ini hangat dibicarakan di media sosial, di
    kedai-kedai kopi, di pasar dan di gedung-gedung pemerintah. Kenapa sekarang
    bumi tak bersahabat lagi dengan kita. 
    Lalu mulailah sederetan analisis
    keluar dan muncul lah statemen-statemen gugat-gugatan dan saling
    menyalahkan. Yang paling sering disalahkan adalah kebijakan pemerintah
    tentang regulasi penambangan timah dan kurangnya perawatan infrastruktur.

    Seperti yang kita ketahui bahwa Bangka Belitung adalah daerah penghasil
    timah. Hampir setiap tempat mengandung biji timah. Timah di Pulau Bangka
    sudah dieksplorasi sejak lebih dari 200 tahun yang lalu. Pada jaman dahulu
    timah ditambang oleh perusahaan-perusahaan besar. Yang rata-rata tidak
    memberikan efek positif bagi kebanyakan masyarakat Bangka. Kehidupan
    rata-rata masyarakat masih saja miskin. Padahal katanya Bangka Belitung
    adalah penghasil 20% timah dunia. Euforia penambangan timah terjadi sekitar
    tahun 2004 dimana hampir setiap masyarakat boleh menambang timah. Lalu
    bermunculanlah TI (Tambang Inkonvensional) dimana-mana. Demam timah
    merebak. Dimana ada tempat yang banyak timahnya pasti beramai-ramai orang
    kesana. Petani yang biasanya rajin menanam lada atau menderes getah karet,
    nelayan yang selalu cinta melaut menangkap ikan banyak yang pindah profesi
    jadi penambang. Toko-toko yang menjual alat-alat penambang sederhana banyak
    dibuka. Bahkan anak-anak yang seharusnya pergi sekolah banyak yang bolos
    turun ke lokasi penambangan walau hanya sekedar mengais-ngais sisa timah
    dan melimbangnya dipinggir sungai. Kalau berkunjung ke Bangka melalui udara
    cobalah sempatkan menengok saat pesawat hampir landas. Tampak lobang-lobang
    menganga dimana-mana. Tampak indah dari atas langit, tapi sejatinya sungguh
    memilukan. Luka ibu pertiwi.!



    Beberapa perusahaan besar memang ada yang pernah melakukan reklamasi. Dan

    saat ini beberapa Perusahaan pemilik kuasa tambang sudah tutup dengan
    berbagai alasan. Tapi bekas yang ditinggalkan masih banyak yang menganga
    menimbulkan kerusakan dimana-mana. Ada sebagian yang direklamasi ada juga
    yang ditinggal begitu saja. Tempat-tempat penambangan yang pernah
    direklamasi ada yang digali kembali oleh orang-orang yang tidak bertanggung
    jawab. Mirisnya kebanyakan mereka malah berasal dari luar daerah Bangka. TI
    liar kami menyebutnya, masih banyak yang beroperasi di hutan-hutan bahkan
    kadang ada yang sampai merambah ke perkebunan penduduk. Ada juga yang sudah sangat dekat dengan jalan-jalan umum dan jalan raya. Jangan dikata lagi
    kalau yang di laut. Tak jarang beberapa tempat tujuan wisata pantai yang
    dulu terkenal indah dan alami sekarang hilang berubah jadi sangkar kapal-kapal keruk atau TI rajuk/TI apung. 

    Benar memang sudah ada pelarangan
    dan razia-razia penambangan ilegal tapi ya begitu setelah razia berlalu
    penambangan dimulai lagi. Yang takut berhenti yang bandel jalan terus. Yang
    sadar mulai kembali ke profesi masing-masing, kembali bertanam lada,
    nelayannya kembali melaut, anak-anak sekolah mulai memenuhi ruang kelas,
    tapi selalu saja ada lagi yang masih tergiur mencari timah. Membuka
    borok-borok lama berharap harta karun dari pasir-pasir timah.

    Kerusakan alam yang ditimbulkan oleh penambangan timah yang tidak
    bertanggung-jawab menjadi tersangka utama  penyebab banjir yang akhir-akhir
    ini kerap terjadi. Terutama yang menjadi sorotan adalah banjir yang terjadi
    di Ibukota Provinsi Pangkalpinang.

    Selain kerusakan alam yang diakibatkan oleh penambangan banjir kali ini
    juga disebabkan oleh faktor alami yaitu curah hujan yang sangat tinggi.
    Seperti yang terjadi pada awal Februari lalu. Saat itu masyarakat Tionghoa
    sedang merayakan imlek. Biasanya perayaan imlek disini tuh sangat meriah
    dan ramai. Tidak hanya masyarakat Tionghoa yang berpesta pora tapi
    masyarakat melayu juga saling kunjung mengunjungi teman dan kerabat yang
    merayakan. Tapi berbeda dengan perayaan imlek kemarin. Sehari sebelum imlek
    hujan turun sangat deras tanpa henti selama 24 jam. Berhenti kurang dari 12
    jam lalu disusul kembali hujan deras sehari semalam. Akibatnya banjir
    meluap menutupi jalan-jalan utama. Beberapa jembatan penghubung antar kota
    ambruk. Di Pangkalpinang di pusat kota air bahkan merendam sampai
    ketinggian tiga meter lebih. Waduh itu yang namanya televisi, motor,
    alat-alat rumah tangga berseliweran dalam derasnya arus air. Bahkan jalan
    menuju bandara ada yang tergenang air begitu juga yang menuju pelabuhan
    kapal laut. Saking dahsyatnya banjir kala itu sampai-sampai Gubernur
    Kepulauan Bangka Belitung melaporkan kejadian ini sebagai bencana luar
    biasa.

    Bukan saja curah hujan yang jadi penyebab banjir ini tapi juga karena
    pasangnya air laut. Bangka Belitung adalah pulau yang dikelilingi oleh
    lautan. Selat Bangka memisahkan Pulau Sumatera dan Pulau Bangka, sedangkan
    Selat Gaspar memisahkan Pulau Bangka dan Pulau Belitung. Di bagian utara
    provinsi ini terdapat Laut Cina Selatan, bagian selatan adalah Laut Jawa
    dan Pulau Kalimantan di bagian timur yang dipisahkan dari Pulau Belitung
    oleh Selat Karimata. Ketika laut pasang tidak ada tempat bagi air hujan
    untuk bermuara. Ditambah lagi ada beberapa tanggul air yang jebol akibat
    tergerus penambangan ilegal. Nah lengkap sudah.

    Kerusakan-kerusakan akibat banjir yang paling terasa adalah yang terjadi di
    jalan-jalan utama. Satu lagi yang jadi sorotan adalah tidak adanya
    perawatan jalan yang baik seperti tersedianya siring yang akhirnya membuat
    air melimpah ke jalan raya. Seperti di Bangka Tengah, ada beberapa titik
    jalan raya yang menghubungkan Bangka Tengah-Pangkalpinang dan Bangka Tengah
    -Toboali. Beberapa jembatan ambruk dan tergenang air sampai 1,5 meter.
    Selain mengganggu kepentingan masyarakat yang akan menuju ke kota-kota itu
    untuk tujuan dinas atau bekerja juga mempengaruhi pasokan bahan pangan.
    Sedangkan kebanyakan bahan pangan didapat dari luar daerah. Makanya
    masyarakat meskipun tempatnya tidak digenangi banjir ikut resah. Khawatir
    kalau pulau tercinta ini jadi terisolasi yang akhirnya akan mengakibatkan
    lemahnya ketahanan pangan.

    Setelah peristiwa banjir awal Februari lalu kami selalu gelisah setiap kali
    hujan deras turun. Lupa kalau beberapa bulan lalu sempat terjadi kekeringan
    yang luar biasa akibat kemarau panjang yang sampai menyebabkan
    kebakaran-kebakaran hutan dan asap dimana-mana. Seperti dua hari ini hujan
    turun berjam-jam. Tengoklah di media sosial pasti sudah ada yang
    posting-posting lokasi banjir dan notifikasi tempat-tempat yang rusak untuk
    para pengguna jalan agar waspada. Dengarlah celoteh-celoteh di kedai pasti
    ramai saling adu argumen tentang penyebab banjir dan apa siapa yang harus
    disalahkan. Hadeeeh....sudah seperti Jakarta topik pembicaraannya sekarang
    tentang banjir.

    Begitulah manusia. Kadang lupa sama aib sendiri. Sibuk saling menyalahkan
    lalu berkata pada alam kenapa kau kejam. Padahal hujan tahun ini sudah
    seperti airmata langit yang tak terbendung lagi melihat tingkah polah
    manusia. Tangis pilu ibu pertiwi yang hutannya digali, isi perutnya
    dikuras, wajahnya disayat kejam oleh tangan manusia. Saat musim panas
    kemarin pohon-pohon ditebangi dan dibakar. Siapa yang kejam sebenarnya?
    Akibat segelintir orang yang merusak alam dampaknya dirasakan oleh hampir
    seluruh masyarakat yang bahkan ada yang tidak sempat menyicipi manisnya
    harga timah dan tak tahu apa-apa.

    Hujan masih terus turun membasahi bumi Serumpun Sebalai. Seribu sesal dan
    seribu janji terucap akan memelihara alam dengan baik dan mengoles salep
    pada luka-luka ibu pertiwi. Doa-doa dipanjatkan pada Sang Maha Kuasa.
    Semoga hujan tetaplah menjadi berkah yang harus disyukuri bukan dimaki. Ya
    Allah, ampunilah kami yang selalui menganiaya diri sendiri.

    Kepada saudara-saudarku di Bumi Serumpun Sebalai umumnya dan di Bumi
    Selawang Segantang khususnya, mari kembali bercocok tanam. Menanam pohon
    menghijaukan kembali bumi kita untuk merayu Nyonya Tua yang terluka. Demi
    kita sendiri dan demi anak cucu kita kelak. Salam santun buat seluruh
    sahabat potret dimana saja berada semoga selalu berada dalam lindunganNya,
    Aamiin.
    KOBA2016,03,30 -potret pertanian
    Komentar

    Tampilkan

    Terkini